Tugas Dasar Pendidikan dan Pembelajaran



INOVASI PEMBELAJARAN
MODEL EXPERIENTIAL LEARNING BERBASIS KEARIFAN LOKAL
TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERNYANYI DI SEKOLAH DASAR


Laporan Mini Riset
Diajukan untuk Memenuhi salah satu Tugas
Mata kuliah Dasar Pendidikan Dan Pembelajaran
Program Studi Magister Pendidikan Dasar

Kelas D Semester 1
Dosen Pengampu : Dr.Sri Utaminingsih


Disusun Oleh :
Jaka Nugraha
201903056
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
 2019


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dalam mengembangkan pendidikan berbasis karakter, kurikulum mengadopsi kearifan lokal serta vokasi yang beragam yang disesuikan dengan kebutuhan geografis, bakat, serta potensi peserta didik. Pembelajaran berbasis kearifan lokal sangat penting untuk diterapkan guru dalam pembelajaran yang bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik serta sebagai media untuk penanaman rasa cinta terhadap kearifan lokal di daerahnya, penanaman karakter positif sesuai nilai luhur kearifan lokal serta membekali siswa untuk menghadapi segala permasalahan diluar sekolah.
Pembelajaran di sekolah dasar merupakan suatu pondasi bagi peserta didik dalam mengikuti pendidikan formal, dengan mengajarkan seluruh mata pelajaran yang ada dalam kurikulum. Termasuk didalamnya mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya (SBDP). Pelajaran SBDP diberikan di sekolah karena keunikan yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi, berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan belajar dengan seni, belajar melalui seni, dan belajar tentang seni.
Dalam pembelajaran SBDP di dalamnya ada terdapat bagian atau unsur penting yaitu pembelajaran bernyanyi, yang mana pembelajaran bernyanyi merupakan pembelajaran yang memberikan kemampuan mengekspresikan dan mengapresiasikan seni secara kreatif untuk pengembangan kepribadian peserta didik dan memberikan sikap-sikap atau emosional yang seimbang. Pembelajaran bernyanyi juga merupakan pembelejaran materi yang memegang peranan penting untuk membantu pengembangan individu peserta didik yang nantinya akan berdampak pada pertumbuhan akal, pikiran, sosialisasi, dan emosional.
Pembelajaran bernyanyi di sekolah dasar hendaknya diberikan secara bertahap menurut tingkat perkembangan peserta didik. Pembelajaran bernyanyi dapat melatih fungsi otak anak yang berhubungan dengan daya nalar dan intelektual, juga dapat mengoptimalkan perkembangan intelektual dan membangun rasa percaya diri dan kemandirian.
Pembelajaran bernyanyi merupakan aktivitas pembelejaran yang menyenangkan. Jika peserta didik mulai tertarik dengan musik, maka akan sangat baik bagi perkembangannya. Bernyanyi tidak hanya untuk bersenang-senang, tetapi dapat dijadikan sebagai pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan estetik  peserta didik. Pembelajaran bernyanyi bagi peserta didik memiliki beberapa keuntungan, di antaranya dapat mengasah daya ingat karena peserta didik akan mengenal dan berusaha menghafal nada-nada dari musik tersebut. Selain itu musik juga dapat mengembangkan imajinasi sehingga membuat peserta didik lebih kreatif.
Mengingat dari pentingnya pembelajaran bernyanyi, kita hendaknya berupaya memperkenalkan musik kepada peserta didik melalui pendidikan Seni Musik di sekolah dasar. Tujuan pembelajaran Seni Musik dapat tercapai dengan baik apabila guru memahami prinsip-prinsip dasar musik dan dapat mengajarkannya sesuai dengan karakteristik peserta didik sekolah dasar. Pemilihan metode yang tepat sangat membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Selain itu di sekolah dasar, pembelajaran yang berorientasi kearifan lokal belum diterapkan secara optimal meskipun sudah diterapkannya pembelajaran tematik yang dalam pengajarannya harus memuat kearifan lokal. Temuan di lapangan, kurang optimalnya pembelajaran berorientasi kearifan lokal disebabkan karena tidak mendukungnya sarana dan prasarana khususnya dalam pembelajaran seni budaya dan prakarya yang didalamnya terdapat kaitan kearifan lokal yang bisa dikemas menjadi suatu pembelajaran salah satunya dengan bernyanyi. Didalam bernyanyi jika dikaitkan dengan kearifan lokal peserta didik dapat mengenal lagu daerah nya masing-masing sebagai satu identitas jati diri serta mengenal budaya daerahnya.
Pembelajaran Bernyanyi dengan berbasis kearifan lokal adalah suatu pembelajaran  dimana peserta didik dapat bebas mengeskpresikan dirinya ,mengnal nada serta mengeskpor nilai-nilai estetik yang terdapat dalam musik dengan mengenal lagu-lagu daerah lokal daerah yang memiliki ciri khas keunikan masing-masing sebagai bentuk ciri khas keberagaman bangsa indonesia pembelajaran bernyanyi berbasis kearifan lokal adalah salah satu pondasi yang penting dimana peserta didik dapat mengenal identitas budayanya serta memiliki keterampilan bernyanyi berbagai macam lagu daerah kearifan lokalnya,hal ini dapat dikembangkan melalui model pembelajaran Experiential Learning yaitu model yang mengacu berdasarkan pengalaman yang merupakan cara yang mudah dan menyenangkan untuk mengembangkan keterampilan bernyanyi peserta didik, Pengalaman-pengalaman yang telah dialami peserta didik mempunyai peranan penting dalam pembentukan pengetahuan kognitif dalam pikiran peserta didik. Peserta didik merefleksikan pengalamannya pada sebuah pengetahuan baru. Selain itu, juga akan membentuk perilaku dan sikap peserta didik menjadi berani, mandiri, bertanggung jawab, disiplin, kreatif, dan peka terhadap lingkungan.
Dalam pembelajaran seni musik di sekolah dasar pembelajaran bernyanyi selama ini masih termasuk kedalam pembelajaran konvensional. Metode yang sering dilaksanakan di lapangan diantaranya metode tanya jawab dan penugasan. Guru hanya mengajarkan apa yang mereka kuasai tanpa persiapan pembelajaran yang matang serta tidak adanya keterampilan yang dimiliki guru dalam hal bernyanyi. Hal ini menyebabkan peserta didik memiliki sedikit keterampilan khususnya keterampilan bernyanyi serta
Hal ini didukung juga oleh hasil observasi peneliti tentang pembelajaran bernyanyi di sekolah dasar masih tidak efisien, guru sebagai pendidik tidak memanfaatkan aspek-aspek didalam seni salah satunya dengan memperkenalkan dan mengajarkan nada-nada musik menjadi sebuah pembelajaran seni menyanyi,guru hanya mengajarkan pembelajaran seni yang mereka kuasai diantaranya menggambar pemandangan sehingga membawa pembelajaran SBDP menjadi monoton padahal didalam kurikulum pembelajaran, seni musik sangat bisa diberikan kepada peserta didik mengingat guru sebagai pendidik harus dapat bisa mengembangkan potensi-potensi peserta didiknya salah satunya adalah dengan pembelajaran bernyanyi.
Metode pembelajaran seperti yang telah dijelaskan diatas menyebabkan keterampilan bermain musik khususnya keterampilan bernyanyi belum terasah secara optimal. Keterampilan bernyanyi  merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran musik yang dapat meningkatkan daya kreativitas peserta didik didalam pembelejaran musik, hal ini dapat di optimalkan dengam model pembelajaran Experiential Learning.
Model pembelajaran Experiential Learning merupakan model pembelajaran yang mengacu pada pengalaman, peserta didik dibawa secara langsung mengalami suatu proses pembelajaran yang diberikan sehingga dapat menjadikan suatu pembelajaran menjadi bermakna.
Pembelajaran bernyanyi melalui metode experential learning merupakan salah satu metode yang cocok dalam belajar musik agar mencapai tujuan pembelajaran musik yang relevan. Belajar musik melalui sebuah pengalaman  memperhatikan penambahan kemampuan, perkembangan sikap estetis, dan keterampilan musik dengan memperhatikan kesenangan dan keterpaduan dengan kehidupan anak sehari-hari. Pengalaman-pengalaman musik hendaknya selalu bervariasi, karena pengalaman musik dapat menjadi dasar bagi perkembangan mental peserta didik.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Inovasi Pembelajaran Model Pembelajaran Expeirential Learning berbasis kearifan lokal terhadap peningkatan Keterampilan Bernyanyi peserta didik Pada Mata Pelajaran SBDP disekolah dasar’.
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1.      Untuk memperoleh informasi tentang Inovasi model pembelajaran Experiential Learning berbasis kearifan lokal terhadap peningkatan keterampilan bernyanyi peserta didik pada mata pelajaran SBDP di sekolah dasar.
  
BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Pengertian Model Experiential Learning
            Menurut (Turesky & Gallagher, 2011) model pembelajaran experential learning merupakan :
“It is envisaged in the experiential learning that the validation and internalization of individual change and development are ensured (Healey & Jenkins, 2000). Experiential learning based education requires activities planned appropriate to all learning ways. In general, concrete experience requires full participation of individuals in the activity, while reflective observation requires individuals to develop various perspectives, abstract conceptualization requires attainment of the theoretical knowledge by the individual and active experimentation requires individuals to implement the knowledge.”
            Kemudian selanjutnya definisi model experiential learning menurut Ike anisa  (dalam Kolb in Nunan 1993: p.) Model experential learning
merupakan:
“In experiential learning, immediate personal experience is seen as the focal point for learning, giving „life, texture, and subjective personal meaning to abstract concepts and at the same time providing a concrete, publicly shared reference point for testing the implications and validity of ideas created during the learning process”.
            Model experiential learning merupakan model pembelajaran berbasis pengalaman dapat menjadi alternatif yang dapat diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran untuk mengoptimalkan sikap rasa ingin tahu pada siswa dan prestasi belajar . Hal ini sejalan dengan ungkapan Faturrohman (2015:128) bahwa pembelajaran berbasis pengalaman memanfaatkan pengalaman baru dan reaksi pembelajar terhadap pengalamannya untuk membangun pemahaman dan transfer pengetahuan, keterampilan dan sikap.
            Hasil penelitian diperkuat dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Khumiroh Elisa & Farida Istianah (2018: 923) dalam jurnalnya juga menjelaskan bahwa terdapat perbedaan pelaksanaan pembelajaran antara kelas eksperimen dan kelas kontrol melalui penggunaan model experiential learning. Hasil belajar yang diperolah kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, sehingga model experiential learning berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA kurikulum 2013 kelas IV B SDN Warugunung 1 Surabaya.
            Silberman (2016: 3) mengungkapkan bahwa salah satu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran aktif dan berbasis dengan pengalaman nyata adalah model Experiential Learning. Lebih lanjut Majid (2016: 93) menjelaskan bahwa Experiential Learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai serta sikap melalui pengalaman secara langsung. Pengalaman digunakan sebagai katalisator untuk menolong siswa mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran. Model Experiential Learning bermakna apabila siswa berperan aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Siswa dapat menuangkan hasil belajar dalam bentuk lisan maupun tulisan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Model Experiential Learning tidak hanya memberikan wawasan pengetahuan konsep-konsep saja, tetapi juga membangun keterampilan melalui penugasan-penugasan nyata. Model ini memberikan umpan balik serta evaluasi antara hasil penerapan dengan apa yang seharusnya dilakukan.
B.  Tahapan-Tahapan Model Experential Learning
1)      Tahap Concrete Experience
Pada tahap ini, fasilitator menggali pengalaman guru tentang komitmen guru menjadi seorang guru agar fasilitator mamahami kondisi psikologis guru di sekolah. Selain itu, fasilitator menggali pengetahuan guru tentang modalitas belajar peserta didik. Fasilitator juga menggali bagaimana pengetahuan guru tentang pembelajaran aktif yang seharusnya diterapkan di kelas pada perkembangan jaman saat ini. Dan terakhir, fasilitator menggali pengalaman guru dalam memanfaatkan media kreatif dan inovatif untuk mendukung pembelajaran di kelas. Oleh sebab itu, materi yang digunakan untuk menggali empat komponen tersebut yaitu Komitmen Profesi Pendidik, Modalitas Belajar Peserta Didik, Model Pembelajaran Konvensional vs Active Learning¸dan Model Pembelajaran Kreatif dan Inovatif.
2)      Tahap Reflective Observation
Pada tahap ini, fasilitator mengajak guru-guru untuk merefleksikan komitmen profesi guru, modalitas belajar peserta didik, model pembelajaran yang telah diterapkan guru, dan model pembelajaran kreatif dan inovatif dari pengalamannya tersebut berdasarkan tayangan slide yang ada pada power-point. Refleksi guru dilakukan dengan menuliskan pada form refleksi.
3)      Tahap Abstract Conceptualizaton
Pada tahap ini, fasilitator mengajak guru untuk mengonsepkan komitmen profesi guru sebagai pekerjaan yang mulia untuk mengabdi pada negara. Selanjutnya fasilitator mengajak untuk mengonsepkan kesesuasian modalitas belajar dengan cara mengajar guru, dan memunculkan hasrat untuk mulai menerapkan pembelajaran aktif pada periode mengajar mendatang, serta mulai mengembangkan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
4)      Tahap Active Experimentation
Pada tahap ini, fasilitator mengajak guru-guru untuk mencoba-coba model pembelajaran aktif. Fasilitator mencontohkan menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament. Guru-guru secara aktif mengikuti proses role play. Fasilitator membagi dua kelompok guru yang didasarkan pada soal latihan, yaitu mencampur guru yang memiliki kemampuan menjawab soal tingkat tinggi, sedang, dan rendah. Kemudian fasilitator memberikan dua soal untuk dikerjakan dalam kelompok. Kelompok yang jawabannya paling benar dan cepat maka kelompok itulah yang menang. Kelompok yang menang adalah kelompok dua.
C. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Experiental Learning
1) Guru merumuskan rencana pengalaman belajar yang bersifat terbuka (open minded)
2) Guru memberikan rangsangan dan motivasi pengenalan terhadap pengalaman.
3) peserta didik dapat bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok- kelompok kecil atau keseluruhan kelompok di dalam belajar berdasarkan pengalaman.
4)peserta didik ditempatkan didalam situasi-situasi nyata pemecahan masalah.
5) Peserta didik aktif berpartisipasi didalam pengalaman yang tersedia, membuat keputusan sendiri.
6) Keseluruhan kelas menyajikan pengalaman yang telah dipelajari
D. Kelebihan Model Experential Learning
            1) meningkatkan kesadaran akan rasa percaya diri;
            2) meningkatkan kemampuan berkomunikasi, perencanaan, dan pemecahan masalah;
            3) menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan untuk menghadapi situasi yang buruk;
            4) menumbuhkan dan meningkatkan rasa percaya antarsesama anggota kelompok;
         5) menumbuhkan dan meningkatkan semangat kerja sama dan kemampuan untuk berkompromi;
            6) menumbuhkan dan meningkatkan komitmen dan tanggung jawab.

E. Kearifan Lokal
a.      Pengertian Kearifan Lokal
 “Local  wisdom is the hallmark of a particular area or region that has cultural value, locally grown in scope from one generation to the next that is wise, full of wisdom, good value, embedded and followed by members Local wisdom is a collection of facts, concepts, beliefs, and people's perception of their environment. This  includes how to observe and measure the environment, troubleshoot, and validate the information. Learning by integrating the values of local wisdom would foster national awareness in students”.
            Secara etimologi, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata, yakni kearifan (wisdom) dan lokal (local). Sebutan lain untuk kearifan lokal diantaranya adalah kebijakan setempat (local wisdom), pengetahuan setempat (local knowledge) dan kecerdasan setempat (local genious).
Utari (2016) pengertian kearifan lokal merupakan “kecendikiaan terhadap kekayaan setempat/ suatu daerah berupa pengetahuan, kepercayaan, norma, adat istiadat, kebudayaan, wawasan dan sebagainya yang merupakan warisan dan dipertahankan sebagai sebuah identitas dan pedoman dalam mengajarkan kita untuk bertindak secara tepat dalam kehidupan”.
            Kearifan budaya lokal merupakan konsep, ide, dan gagasan budaya lokal yang bersifat bijaksana dan dijadikan pandangan hidup masyarakat setempat. Meskipun kearifan budaya lokal sering disebut sebagai produk masa lalu, namun tetap patut dilestarikan karena menjadi titik penghubung dari generasi ke generasi. Untuk menjaga kelestarian budaya lokal, dalam pelaksanaan pendidikan perlu mengintegrasikan kearifan budaya lokal dengan tujuan untuk membentuk karakter anak sesuai dengan identitas dan jati diri leluhurnya.
            Tilaar (2015: 24) menjelaskan bahwa kearifan lokal mempunyai nilai pedagogis untuk mengatur tingkah laku yang bermanfaat bagi kepentingan bersama masyarakat. Kajian ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014 pasal 2 ayat (2) menjelaskan bahwa muatan lokal diajarkan dengan tujuan membekali peserta didik dengan sikap, pengetahuan, dan spiritual di daerahnya. Tujuan lainnya yaitu melestarikan dan mengembangkan keunggulan dan kearifan daerah yang berguna bagi diri dan lingkungannya dalam rangka menunjang pembangunan nasional.
            Kemajemukan bangsa Indonesia melahirkan berbagai budaya lokal yang menjadi sumber dari kebudayaan nasional.. Kebudayaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan dilihat dari sifat bangsa Indonesia yang majemuk, sehingga melahirkan kebudayaan dengan corak yang beragam, ketiga jenis kebudayaan tersebut yaitu: (1) kebudayaan suku bangsa atau sering disebut dengan istilah kebudayaan daerah; (2) kebudayaan umum lokal; dan (3) kebudayaan nasional (Ranjabar, 2006).
            Kajian kearifan budaya lokal perlu dikembangkan dalam pendidikan karena memiliki manfaat yaitu melahirkan generasi- generasi yang kompeten dan bermartabat, merefleksikan nilai- nilai budaya, berperan serta dalam membentuk karakter bangsa, ikut berkontribusi demi terciptanya identitas bangsa, dan ikut andil dalam melestarikan budaya bangsa.
            Kearifan lokal yang diaplikasikan dalam pembelajaran bertujuan agar siswa mengetahui kearifan daerah setempat, selain itu siswa mampu melestarikan kearifan lokal tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hal tesebut diperkuat oleh teori yang dikemukakan oleh Ahmadi, dkk (2012: 10) bahwa pendidikan berbasis kearifan lokal mempunyai tujuan diantaranya 1) Agar siswa mengetahui keunggulan lokal daerah dimana ia tinggal; 2) Memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan keunggulan lokal daerah tersebut; 3) Siswa mampu mengolah sumber daya dan terlibat dalam pelayanan/jasa/kegiatan lain yang berkaitan dengan keunggulan lokal sehingga dapat memperoleh penghasilan dan 4) Melestarikan budaya/tradisi/sumber daya yang menjadi unggulan daerah serta mampu
bersaing secara nasional maupun global.
  
F. Pengertian dan Konsep Bernyanyi
            Dyer (2011) is also a major proponent of using music-based activities to further literacy skills. Dyer suggests that music increases elementary students’ engagement, helps with memory and recall, and enhances phonemic awareness during literacy instruction. Feinstein (2006) states that the human brain is built for sound: “Hearing is the first sense to develop in the womb, establishing brain structures for processing sound” (cited in Dyer, 2011, p. 238). Oral language and music are intimately connected, and the brain processes music and language using the same structures. Feinstein goes on to say that “neuroscience shows that the same left brain region designated for split second discrimination between sounds like ‘pa,’ ‘ba’ or ‘da’ is activated during music listening” (cited in Dyer, 2011, p. 6). Zull (2002) discusses the concept of using music activities as a great way to reduce habituation in the classroom”.

            Menurut Jamalus (1988 : 46) “kegiatan bernyanyi adalah merupakan kegiatan dimana kita mengeluarkan suara secara beraturan dan berirama baik diiringi oleh iringan musik ataupun tanpa iringan musik”. Bernyanyi berbeda dengan berbicara bernyanyi memerlukan teknik-teknik tertentu sedangkan berbicara tanpa perlu menggunakan teknik tertentu. Bagi anak kegiatan bernyanyi adalah kegiatan yang menyenangkan bagi mereka, dan pengalaman bernyanyi ini memberikan kepuasan kepadanya. Bernyanyi juga merupakan alat bagi anak untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
            Bernyanyi adalah salah satu cara yang tepat untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai kompetensinya. Melalui bernyanyi, anak memproleh dan memproses informasi mengenai hal-hal baru dan berlatih melalui keterampilan yang ada. Nyanyian yang digunakan di Paud merupakan nyanyian yang merangsang kreatifitas anak dan menyenangkan. Anak-anak senantiasa tumbuh dan berkembang. Mereka menampilkan ciri-ciri fisik psikologis yang berbeda untuk tiap tahap perkembangannya. Masa anak-anak merupakan masa puncak kreatifitasnya, dan kreatifitas mereka perlu terus dijaga dan dikembangkan dengan menciptakan lingkungan yang menghargai kreatifitas yaitu melalui bernyanyi.
            Nyanyian merupakan alat untuk mencurahkan pikiran dan perasaan untuk berkomunikasi. Nyanyian memiliki fungsi sosial selama nyanyian itu dikomunikasikan. Kekuatan nyanyian pada fungsi ini dapat kita lihat pada pendidikan. Melalui nyanyian, kita berupaya membantu diri anak menuju kedewasaan dalam hal menumbuhkembangkan aspek fisik, intelegensi, emosi dan rasa sosial anak.
G. Manfaat Bernyanyi
1.      Membuat anak aktif bergerak
2.      Meningkatkan rasa percaya diri dan kebanggaan dalam diri anak
3.      Pendidik dapat mengamati perkembangan anak, terutama kemampuan verbal dan daya tangkapnya.
4.      Memacu perkembangan otak anake.Agar anak mendengar dan menikmati nyanyian
5.      Mengalami rasa senang bernyanyi bersamag.Mengungkapkan pikiran, perasaan dan suasana hatinyah.Menjalin kedekatan anak dan pendidik (orang tua dan guru)
6.      Merasa senang bernyanyi dan belajar bagaimana mengendalikan suara.j.Bernyanyi dapat dipakai untuk mengatasi kecemasank.Bernyanyi dapat membantu daya ingat anak
7.      Bernyanyi dapat mengembangakan rasa humorm.Bernyanyi dapat meningkatkan keeratan dalam sebuah kelompok

BAB III
PEMBAHASAN
1) Letak dan alamat
      Penelitian ini dilakukan di SDN Cicalengka X  Desa Cicalengka Kec.Rancaekek, Kabupaten Bandung.
2) Waktu pelaksanaan
     Penelitian ini dilaksanakan dimulai dari penentuan judul penelitian sampai pelaporan hasil peelitian yaitu pada hari Sabtu, 11 Januari 2020.
3)      Identitas Sekolah
Nama Sekolah             : SDN Cicalengka X
Alamat Sekolah           : Jl.Dipatiukur No.12 Cicalengka Kab,Bandung
Nama Kep. Sekolah    : Eti Suhaeti S.Pd                    :
Pangkat/Golongan       : Pembina / IV
1.3  Langkah-Langkah Penelitian
1)      Perencanaan Tindakan
1.         Menentukan sekolah dan kelas yang akan digunakan untuk pelaksanaan penelitian
2.         Melakukan observasi proses pembelajaran yang kemudian akan dilakukan pada penelitian yang akan dilaksanakan.
3.          Kemudian menentukan waktu untuk melakukan tindakan pembelajaran inovatif di Sekolah yang akan dituju.
4.         Meminta izin dan mengkonfirmasi untuk melaksanakan penelitian di SDN Cicalengka X
2)      Pelaksanaan Tindakan
1.         Peneliti melaksanakan wawancara dengan wali Kelas 5,
2.          Peneliti mencatat atau merekam jawaban dan penjelasan dari          wawancara yang dilakukan untuk kemudian dievaluasi dan        merencanakan model atau tindakan pembelajaran yang akan di l          akukan.
3.      Peneliti mendokumentasikan proses pembelajaran inovatif dengan foto dan video sebagai bukti pelaksanaan penelitian tersebut.
3)      Observasi
1.      Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan menilai penggunaan model pembelajaran di kelas tersebut.
2.         Kemudian peneliti mencatat pengaruh model terhadap pelaksanaan Proses Belajar Mengajar.
3.      Setelah itu, peneliti mencatat apa saja upaya-upaya yang dilakukan sekolah dalam memberikan evaluasi dalam proses pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya
4)      Refleksi
1.      Setelah kegiatan observasi serta proses pembelajaran dilakukan, data yang telah terkumpul dianalisis untuk kemudian dibuat dalam laporan hasil riset inovatif pembelajaran yang dilakukan.
A.    Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian yang dilakukan dari latar belakang masalah proses pembelajaran yang dilakukan guru dalam mengajar mata pelajaran seni budaya dan prakarya tidak inovatif guru hanya mendominasi pembelajaran dengan metode ceramah atau dengan proses pembelajaran menggambar bebas sehingga menyebabkan pembelajaran seni budaya dan prakarya menjadi tidak efektif atau monoton. Inovasi pembelajaran Belajar Seni budaya dan prakarya harus menyenangkan, karena dalam pembelajaran seni budaya dan prakarya karena keunikan yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi, berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan belajar dengan seni, belajar melalui seni, dan belajar tentang seni.
Inovasi yang dilakukan peneliti untuk menjawab permasalah tersebut yaitu dengan menggunakan keefektifan inovasi model pembelajaran experential learning berbasis kearifan lokal untuk meningkatkan keterampilan bernyanyi siswa ,hasilnya dengan menggunakan model pembelajaran experential learning yaitu suatu model pembelajaran yang mengedepankan proses pembelajaran secara pengalaman dan nyata artinya peserta didik mengalami langsung dan mempraktekan pengetahuan apa yang diberikan sehingga menghasilkan pembelajaran yang bermakna karena peserta didik mempraktekan langsung apa yang ia dapat dan dikemas dengan proses pembelajaran menyenangkan sehingga pembelajaran menjadi sangat efektif kemudian dikaitkan dengan kearifan lokal yang dihubungkan dengan bagaimana anak diperkenalkan dan diajarkan mengenal lagu daerah jawa barat berjudul “Manuk Dadali” lagu tradisional dari jawa barat yang memberikan nilai-nilai bagaimana peserta didik mengenal kearifan budaya daerahnya yang memberikan rasa cinta terhadap budaya daerahnya dengan dikemas dalam pembelajaran dengan menggunakan inovasi model experential learning. Peserta didik mengalami pembelajaran pengalaman langsung dalam pembelajaran bernyanyi yang di desain secara berkelompok dan proses pembelajaran yang menyenangkan. Peserta didik merasakan pembelajaran yang baru dan inovatif karena dalam pembelajaran seni budaya dan prakarya guru dapat melatih dan mengajarkan peserta didik mengenal lebih dalam tentang seni salah satunya yaitu dengan bernyanyi karna dengan bernyanyi peserta didik dapat dapat melatih fungsi otak anak yang berhubungan dengan daya nalar dan intelektual, juga dapat mengoptimalkan perkembangan intelektual dan membangun rasa percaya diri dan kemandirian.
B.     KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilaksanakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan inovasi pembelajaran model experential learning berbasis kearifan lokal dapat meningkatkan dan membuat pembelajaran seni budaya dan prakarya menjadi efektif karena dengan model pembelajaran pengalaman serta dikaitkan dengan mengenalkan kearifan lokal daerah dalam bernyanyi pembelajaran menjadi sangat efektif serta menyenangkan.   
C.    PENUTUP
Demikianlah laporan ini saya buat, sebagai penulis kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran dari pembaca. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan pada khususnya peneliti sendiri.    
 
Literatur

Ayu.R, Subuh A, Pamujo. 2019.  Pengaruh Model Experential Learning  Terhadap Rasa Ingin Tahu Dan Prestasi Belajar IPA Sekolah Dasar. Jurnal Elementaria Edukasia Volume 2 No 2. PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Arief.Z & M.fatimah. 2019. Keefektifan Model Experential Learning Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar IPA. Indonesia Journal of Conservation Vol.8 (02). FIP Universitas Negeri Semarang.

Citra Apriovilita Hariri, Erna Yayuk. 2017.  Penerapan Model Experiential Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Cahaya dan Sifat-Sifatnya Siswa Kelas 5 SD.  PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Fatma A. 2016.  Experiential Learning: Its Effects on Achievement and Scientific Process Skills.  Journal of Turkish Science Education vol.13.  Dr., Hacettepe University, Faculty of Education, Ankara-TURKEY

Ilhan Ozgul.2009. An analysis of the elementary school music teaching course in Turkey. International Journal of Music Education. Kastamonu University, Turkey.

Ike A.2016. Enhancing Student’s English Proficiency Through Experential Learning. International Journal of Active Learning 1Vol.1. Universitas Widya Dharma Klaten.

Ika Oktavianti, M.Pd., Eka Zuliana, M.Pd., Yuni Ratnasari, M.Pd. 2017. Menggagas Kajian Kearifan Budaya Lokal Di Sekolah Dasar Melalui Gerakan Literasi Sekolah. FKIP Universitas Muria Kudus.

Ika Oktavianti & Yuni R. 2018. Etnopedagogi Dalam Pembelajaran Di Sekolah Dasar Melalui Media Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Refleksi Edukatika 8 (2). Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus.

James Didomenico.2017.Effective Integration of Music in the Elementary School Classroom. i.e.: inquiry in education: Vol. 9: Iss. 2, Article 4. National Louis University, Chicago, USA

Leni Sofiannida, Sri Utaminingsih & Su’ad. Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing Berbasis Kearifan Lokal Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Tema Pahlawanku Kelas IV Sekolah Dasar. Inopendas Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN 2615-5443
Vol. 1 No. 2 Hal. 83-90. Universitas Muria Kudus.

Muya Barida, Dian Ari Widyastuti. 2019. Pelatihan active learning berbasis experiential learning sebagai upaya mewujudkan pembelajaran aktif di Sekolah Dasar. Universitas Ahmad Dalan.

Naela Khusna Faela Shufa. 2018. Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Di Sekolah Dasar: Sebuah Kerangka Konseptual. Inopendas Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 1 No. 1 Hal. 48-53. Universitas Muria Kudus.

Susilawati.2014. Penerapan Metode Bernyanyi Dalam Meningkatkan Kecerdasan Berbahasa  Pada Pendidikan Anak Usia Dini.  Jurnal EMPOWERMENT. Volume 4, Nomor 2.

Uus Toharudina, Iwan Setia Kurniawan.2017. Sundanese Cultural Values of Local Wisdom: Integrated to Develop a Model of Learning Biology. International Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR). Pasundan University, Tamansari road, Bandung 40116, Indonesia.

Wawan Shokib R. 2019. Kewirausahaan Berbasis Kearifan Lokal Gusjigang: Sebagao Alternatif Mulok Untuk Penanaman Karakter Kemandirian Warga Negara. Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Muria Kudus.





Komentar